June 11, 2013 | Posted in:Inspirasi
Adi memang sedang terpisah dengan istri dan anaknya. Hal ini terpaksa dilakukan karena berbagai pertimbangan. Adi tidak membawa keluarganya tinggal bersama di tempat tugasnya yang baru. Adi adalah seorang abdi negara yang sedang ditugaskan di sebuah kabupaten yang berada pada sebuah pulau kecil di Sulawesi Tenggara, sedangkan istri dan anaknya yang berumur 6 tahun tinggal di Bandung.
“Ada apa nak? Ada masalah di rumah? Ibumu mana” Adi merasakan sesuatu yang tidak enak, hatinya mulai was-was. “Ini ayah, Ibu kok tiduran di kamar mandi ya? Arif bangunin gak mau bangun” tanya Arif panik. “Apa? Sudah berapa lama ibu begitu?” Adi benar-benar panik. “Sudah mau satu jam yah” Arif mulai sesenggukan. Adi membayangkan istrinya terjatuh di kamar mandi, pingsan dan sudah satu jam belum juga sadar. “Arif sayang, kamu tenang ya. Arif dengar kata-kata ayah dan segera lakukan. Arif keluar rumah terus ke rumah tetangga, ketuk pintunya dan minta tolong sama mereka ya. Ayah secepatnya akan pulang” Jelas Adi pada anaknya. Ia berusaha tenang agar instruksinya bisa didengarkan dengan jelas. “Iya ayah, Arif ngerti. Sekarang Arif ke tetangga dulu ya” Arif menutup telponnya.
Adi segera menelpon kantor polisi terdekat dari rumahnya di Bandung, untuk mengabarkan hal ini kepada polisi setempat dan meminta bantuan agar cepat membawa istrinya ke rumah sakit. Setelah mendapatkan konfirmasi kesediaan polisi datang ke rumahnya, ia segera memesan tiket penerbangan ke Jakarta untuk waktu secepatnya. Ah.. Adi lupa, kapal Feri penyeberangan ke Kendari baru ada besok pagi, terpaksa Ia harus menunggu. Niat untuk segera pulang ke Bandung terpaksa terhambat. Apa boleh buat, Adi memesan tiket untuk keesokan harinya. Adi hanya bisa membiarkan airmatanya mengalir tanda kesedihan untuk anak dan istrinya nun jauh disana.
Beberapa saat kemudian polisi yang tadi menelpon Adi kembali, mengabarkan istrinya sudah dibawa ke rumah sakit. “Saat ini masih dalam keadaan koma, Dokter menduga ada pembuluh darah yang pecah” jelas polisi tersebut. “Terimakasih banyak atas bantuannya Pak” ucap Adi hampir tak bisa mengeluarkan suaranya. Selanjutnya Adi merasa waktu sangat lama berlalu, namun ia tak berdaya.
Sesampai di Bandung Adi segera menuju rumah sakit tempat sang istri dirawat. Dirumah sakit ia berlari sekencang-kencangnya. Sampai di dekat kamar perawatan istri dijumpainya keluarganya dan keluarga dari istri sudah berkumpul. Mereka memeluk Adi sambil menangis histeris. Tampak sekali kesedihan terpancar di wajah mereka. Tanpa berucap sepatah katapun Adi segera menuju ke ruang perawatan ICU, dilihatnya istrinya sedang terbaring lemah, koma dengan dibantu beberapa peralatan medis. Tak banyak yang bisa Adi katakan, hanya airmatanya yang mengalir deras. “Maafkan aku istriku, aku tak selalu ada untukmu, bahkan aku tak ada disana saat engkau terjatuh. Seharusnya aku ada disana untuk menolongmu, mengangkatmu dan membawamu ke rumah sakit secepatnya. Maafkan aku istriku, segeralah sembuh, aku dan anakmu sangat membutuhkanmu”
Beribu-ribu doa dan berjuta harap dipanjatkannya dalam linangan airmata sambil memegang erat tangan sang istri yang masih hangat. Tapi apa daya sang istri tidak meresponnya, ia masih koma. Adi bertekad tidak akan menyerah, akan selalu dipanjatkannya doa dan harap, smoga doa dan harap itu mampu membawa istrinya kembali seperti sedia kala. Ditatapnya mata sang istri yang terpejam tenang, berharap mata itu terbuka, memandangnya dan memberikan senyum seindah surga.
Teruntuk sahabatku yang sedang bertugas di Raha, wish u all the best.
Be the first to comment.