April 25, 2010 | Posted in:Motivasi
Dulu, Krisdayanti makin terkenal ketika melantunkan Menghitung Hari.
Sebuah lagu yang bercerita tentang seseorang yang sedang patah hati.
Perasaannya hancur dan kemudian irama hidupnya menjadi kacau balau.
Yang dapat dilakukannya hanya menghitung hari demi harinya untuk
mengusir pergi perasaan tidak nyaman itu.
Begitulah hari-hari yang kita jalani. Tidak selamanya kita mendapat
hari penuh kemujuran, seperti melewati mulusnya aspal jalan bebas
hambatan. Ada saja kerikil pengganggu di sepekan perjalanan. Entah
itu ‘kerikil’ yang muncul dari dalam diri sendiri maupun dari orang- orang di sekitar kita.
Ada istilah I don’t like Monday. Aku benci hari Senin. Orang yang
mengatakan ini karena memiliki alasan bahwa keharusan kembali
bekerja adalah celaka. Kalau boleh memilih, lebih baik hidup di hari
Sabtu dan Minggu saja. Mereka menganggap Senin sampai Jumat,
terutama Senin, amat meletihkan lahir-batin.
Rasanya berat kalau mesti bertemu bos pada rapat Senin pagi.
Terbayang di kepalanya tentang target yang belum tercapai, kewajiban
kinerja yang harus terus diperbaiki, produktivitas yang menuntut
ditingkatkan lagi, efisiensi pada segala hal, dan kredo-kredo lain
di dunia kerja.
Belum lagi jika mengingat Selasa sampai Jumat yang pasti berupa hari- hari mewujudkan kesimpulan rapat Senin pagi. Sebab, memang demikian
yang terjadi pada pekan-pekan maupun bulan-bulan lalu. Selalu rutin
begitu.
Sementara itu, ketika Jumat telah menjelang petang, hati ini bungah
sekali. Seperti isi botol yang keluar dan menyembur sumbat gabusnya
dilepas. Bebas euy! Besok tidak ada lagi bos dan segala macam
konsekuensi pekerjaan. Yang ada hanya kesempatan melakukan apa saja
yang disenangi dan wajah gembira keluarga, lalu perlu berseru Thank
God it’s Friday. Syukur Jumat telah tiba.
Betul sulitkah mengisi hari-hari kerja? Sampai-sampai tema I don’t
Like Monday dibuat lagu, dan restoran Hard Rock menggelar acara I
Like Monday (Aku suka Senin) setiap Senin petang sebagai ajakan
melepaskan beban hari Senin. Dan, Thank God it’s Friday menjadi nama
jaringan restoran internasional lain.
Sebuah kata-kata bijak pada masyarakat kita menyebut ”Setiap hari
adalah baik.” Artinya, tergantung pada diri sendiri mau mengisi
hari-hari dengan apa. Kalau kita menghendaki, waktu pagi sampai
petang akan memberi kemenangan kepada kita. Yakni, dengan percaya
diri, menjaga hubungan baik, cerdas secara emosi, menerapkan target,
menjadikan bekerja adalah kemuliaan manusia, dan tidak lupa berdoa.
Sebaliknya, sebuah hari dapat menjadi penuh dengan suasana haru
biru. Gampang saja bila Anda menginginkannya. Antara lain, dengan
menganggap pekerjaan adalah beban, tidak mensyukuri segala yang
telah dicapai, mengingat segala pengalaman tidak menyenangkan, dan
berprasangka buruk terhadap setiap orang.
Hari-hari akan menjadi saat terbaik, baik, atau paling buruk dalam
hidup seseorang, itu memang tergantung pada dirinya sendiri. Apakah
dia mengisi dan memperlakukannya dengan hal-hal positif atau
negatif. Bukan lantaran namanya Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat,
Sabtu, dan Minggu. Semuanya sama saja 24 jam lamanya.
Inti dari hal-hal positif itu adalah ikhtiar. Sehingga tidak sempat
terlontar dari seseorang pendapat betapa dunia tidak adil. Karena,
hal yang dialami setiap hari tidak sama dengan orang lain. Ikhtiar
adalah kata kunci untuk mengisi hari-hari dan nilai dari seseorang.
Sebentar lagi, persisnya 6 September nanti, Duta Bangsa akan
menggelar graduation (wisuda) bagi siswa yang telah menyelesaikan
masa belajarnya. Tentu bukan karena menurut kami hari itu adalah
hari terbaik bagi pengelola maupun para siswa. Bagi kami, setiap
hari adalah baik. Namun, itulah hari terakhir program yang telah
direncanakan sejak semula.
Sebelum saat wisuda mendatang, kami telah mengisi hari-hari kami
dengan interaksi positif. Kami saling belajar dan saling menebalkan
kecerdasan emosional maupun spiritual demi hari-hari kami
selanjutnya. Itulah ikhtiar kami agar bernilai dan bermutu tinggi.
Kami serasa pendaki gunung yang menjejali tas punggung dengan bekal
baru dan lebih segar. Kami akan terus mampu tegak untuk menapaki
hari demi hari hingga ke puncak tertinggi dan kemudian menancapkan
bendera yang membanggakan.
Sumber: Mengisi Hari oleh Mien R. Uno, Lembaga Pendidikan DUTA
BANGSA Empower Yourself, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan
Nasional
Be the first to comment.