
Saya baru saja melihat sebuah video klip dari lagu berjudul PHILOSOPHIA MANUSIA oleh grup band bernama PENEMBAK JITU.
Band ini sendiri dalam deskripsi kanal Youtube mereka mengaku sebagai band beraliran Chillhop dan Vibe. Dan lagu Philosophia Manusia menjadi salah satu dari 8 lagu yang ada pada album “Semantik”.
Lagu-lagu dalam album ini ditulis dengan gaya bahasa METAFORA SUFISTIK yang berarti penyampaian gagasan bahwa.. mmm.. terus terang saya tidak tahu artinya apaan.. hahahaha..
Baiklah mari kita lihat video lagu tersebut.
https://youtu.be/AmyweiShWzk
Pada video berdurasi 5 menit 15 detik itu saya melihat sebuah video yang tidak sekedar menjadi video musik/video klip dari sebuah lagu. Pesan-pesan dalam video itu begitu kuat dan membekas dalam benak. Yang kemudian memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
Lah biasanya habis nonton video klip ngerasa puas dan terhibur. Ini malah bikin mikir…
Dari awal konsep yang diusung adalah sosok sebuah patung bernama “The Thinker” karya Auguste Rodin.
“hmm bentar.. pantesan habis nonton ini tambah kepikiran.” Dari awal aja yang muncul “Sang Pemikir”.
Adegan dibuka denagn seorang bapak berkopiah mengangkat rolling door mengawali berjualan. Rupanya kios beras. Beliau menata dagangan, memasang label harga pada tiap jenis beras. Sampai disini tidak ada musik sama sekali. Sepi. Masih sunyi dalam keheningan yang membisu.
“Ah elah apaan sih, sepi, sunyi, hening, bisu.. samaa semua. Gausah sok puitis!”
“Oke. Baiklah.”
Sebentaaar.. ketika pertama kali melihat video ini, saya tidak menyadari detail kecil yang cukup penting. Ini saya sadari setelah melihat kesekian kalinya. Di dinding belakang kios beras itu terpajang foto Abah Guru Sekumpul. Ini sebuah pesan jelas bahwa setting lokasi berada di Kalimantan Selatan. Mengapa pesan sepenting ini luput dari perhatian saya di awal ya?
Lalu ketika Bapak penjual beras selesai dan undur diri ke belakang, perlahan musik mulai mengalun. Dan selanjutnya 4 menit ke depan saya dibuat menganga oleh visualisasi video ini. Superrr.
Masterpiece.
Bagi sutradaranya
Jadi kenapa bisa dbilang super, karena ini lebih dari sekedar video klip. Ini adalah film dokumenter singkat yang menelanjangi kota Banjarmasin (dan Kalimantan Selatan) secara menohok namun puitis. Halah.. Gimana ya..
Ibaratnya kamu marah, tapi saking nyeni-nya jiwamu, yang kamu ucapkan bukan makian atau umpatan kasar. Yang muncul malah sebuah pantun. Tetep marah.
Video ini jujur menampilkan Banjarmasin sebagai sebuah kota. Di satu satu sisi gemerlap dengan mall, mewah, cafe, sosialita. Disisi lain disorot hunian tepi sungai, tempat pembuangan sampah, pasar tradisional.
Sudut-sudut kota Banjarmasin yang saya jarang mengetahuinya di shoot dengan apik. Arts-sy. Saya jadi penasaran dimana saja shooting dilakukan. Videonya hitam putih, tapi efek yang ditimbulkan sungguh berwarna.
Saya memutar videonya berulang-ulang. Tiap kali re-play, saya temukan hal baru. Penafsiran baru.
Mengapa ada objek ini ? Mengapa sudut pandangnya dari sisi ini? Mengapa objek ini ditayangkan lebih lama? dan seterusnya.. dan seterusnya. Setiap sebuah pertanyaan mendapatkan (kemungkinan) jawaban, selanjutnya jawaban itu akan menggiring ke sebuah pertanyaan lain. Ahh pusingggg..
Bentaaar.. ini kenapa saya malah mikir?? Bisa saja sang sutradara gak ada maksud apapun, ya hanya sekedar shooting aja. Tanpa perlu penjelasan dalem-dalem. Ah elah… Bisa jadi saya sendiri yang “overthinking”. Berlaku seperti karakter patung perunggu ” The Thinker” itu. Memikirkan semua hal yang sebaiknya tidak perlu dipikirkan.
Video disudahi dengan adegan Bapak Penjual Beras tadi menarik pintu rolling door. Kios beras tutup.
Entah kenapa saya jadi ingat adegan penutup film Merantau (2009). Dimana tokoh yang diperankan Christine Hakim menutup jendela (atau pintu.. lupa) dan film berakhir.
Penembak Jitu Band:
Angga Djaya (vokal, rhytm gitar), Yulian Abdi (drum), Azed Zikri (lead gitar), dan Maulan Rifani (keyboard, synth)
Instagram : penembakjitu_official
Production House : Alemo Film - Instagram : alemo_films
Sutradara : Munir Shadikin - Instagram : mun.shad
Manajer Produksi : Edo Rahman -Instagram : edologi.id
Durasi : 5:15
Bagian fave : saya paling suka scene “Banjarmasin kota seribu … RUKO! ..” “hahaha.. kok berani-beraninya..”